Rabu, 23 Mei 2012

kode


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Peristiwa komunikasi merupakan peristiwa yang dialami oleh setiap orang dengan berbagai bahasa. Peristiwa komunikasi merupakan peristiwa suatu peristiwa yang sangat majemuk. Komunikasi merupakan peristiwa penyampaian pesan dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Agar pesan tersebut sampai kepada komunikan, seorang komunikator harus menggunakan bahasa yang juga dipahami oleh komunikan. Ketika seorang komunikator menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh komunikan maka pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak akan sampai pada komunikan. Dalam hal ini bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting      
Masyarakat Indonesia mempunyai bahasa tersendiri dalam berkomunikasi, dapat kita ketahui bahwa di negara-negara lain selain Indonesia, bahkan banyak daerah dan kota, terdapat orang-orang yang memakai bahasa-bahasa yang berlainan. Bisa juga terdapat orang-orang yang memakai lebih dari satu bahasa, umpamanya bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Suatu daerah atau masyarakat lain terdapat dua bahasa disebut daerah atau masyarakat yang berdwibahasa atau bilingual. Orang yang dapat menggunakan dua bahasa disebut dwibahasawan atau orang yang bilingualisme. Pembicaraan di atas mungkin agak membingungkan atau sukar dimengerti. Peristiwa-peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa itu adalah apa yang ada di dalam sosiolinguistik disebut bilingualisme dan bilingualitas, kedwibahasaan masyarakat dan perorangan, alih kode dan campur kode, profil bilingualitas, dan interferensi (Nababan, 1991: 26-35).
Soewito membedakan adanya dua macam alih kode yaitu alih kode intern dan alih kode ekstern, yang dimaksud alih kode intern adalah alih kode yang berlangsung antarbahasa sendiri seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa atau sebaliknya. Sedangkan yang dimaksud alih kode ekstern terjadi antara bahasa sendiri dengan bahasa asing (http://anaksastra.blogspot.com/2009/02/alih-kode-dan-campurkode.html). Oleh karena  itu, dalam penulisan makalah ini hanya akan membahas tentang kode dan alih kode.



1.2.       Rumusan Masalah
1.        Apa pengertian dari kode dan alih kode?
2.        Apa faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode?

1.3.       Tujuan
1.        Memaparkan pengertian tentang kode dan alih kode.
2.        Mendiskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode.
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Kode
Istilah kode dipakai untuk menyebut salah satu varian di dalam hierarki kebahasaan, sehingga selain kode yang mengacu kepada bahasa (seperti bahasa Inggris, Belanda, Jepang, Indonesia), juga mengacu pada variasi bahasa, seperti varian regional (bahasa Jawa dengan dialek Banyumas, Jogja-Solo, Surabaya), juga varian kelas sosial disebut dialek sosial atau sosiolek (bahasa Jawa halus dan kasar), varian ragam dan gaya dirangkum dalam laras bahasa (gaya sopan, gaya hormat, atau gaya santai)), dan varian kegunaan atau register (bahasa pidato, bahasa doa, dan bahasa lawak). Kenyataan seperti di atas menunjukkan bahwa hierarki kebahasaan dimulai dari bahasa pada level paling atas disusul dengan kode yang terdiri atas varian, ragam, gaya, dan register.
Menurut Harimurti Kridalaksana (1993: 113) yang dimaksud kode adalah: lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu. Bahasa manusia adalah sejenis kode. Sistem bahasa dalam suatu masyarakat. Variasi tertentu dalam suatu bahasa  (http://repository.upi.edu/operator/upload/s_c5151_0601731_chapter2.pdf).
Menurut Poedjosoedarmo kode biasanya berbentuk varian bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasai suatu masyarakat bahasa         (http://repository.upi.edu/operator/upload/s_c5151_0601731_chapter2.pdf)
2.2. Alih kode
Menurut Ohoiwutun, (2002: 71) alih kode (code switching), yakni peralihan pemakaian dari satu bahasa atau dialek ke bahasa atau dialek lainya. Alih bahasa ini sepenuhnya terjadi karena perubahan-perubahan sosiokultural dalam situasi berbahasa. Perubahan-perubahan dimaksud meliputi faktor-faktor seperti hubungan antara pembicara dan pendengar, laras bahasa, tujuan berbicara, topik yang dibahas, waktu dan tempat berbincang. Alih kode pada hakikatnya merupkan pergantian pemakaian bahasa atau dialek. Rujukanya adalah komunitas bahasa (dialek). Para penutur yang sedang beralih kode berasal dari minimum dua komunitas dari bahasa-bahasa (dialek) yang sedang mereka praktekan. Sebaliknya pergantian (alih) ragam bukan berganti komunitas. Alih ragam terjadi dalam bahasa yang sama, karena dorongan perubahan situasi berbicara, topik, status sosial, penutur dan sebagainya.
              Menurut Alwasilah (dalam Purnanto, 2002: 28) alih kode dianggap sebagai perpindahan suatu dialek ke dialak lain dalam satu bahasa. Dengan demekian alih kode bisa terjadi antarbahasa, antarvarian, antarregister, antarragam, maupun antargaya. Hymes (dalam purnanto, 2002: 28) mendefinisikan alih kode sebagai pergantian atau peralihan pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa gaya dari satu ragam.
2.3. Beberapa faktor yang menyebabkan alih kode
          
1.Penutur
Seorang penutur kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur karena suatu tujuan.  Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi atau sebaliknya. Seorang pembicara atau penutur seringkali melakukan alih kode untuk mendapatkan “keuntungan” atau “manfaat” dari tindakannya itu. Hal ini bisa terjadi pada saat penutur dan lawan tutur memiliki bahasa ibu yang sama. Pembicaraan tersebut akan beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa daerah. Dengan berbahasa daerah rasa keakraban pun lebih mudah dijalin daripada menggunakan bahasa Indonesia.

2.
Mitra Tutur
Mitra tutur yang latar belakang kebahasaannya sama dengan penutur biasanya beralih kode dalam wujud alih varian dan bila mitra tutur berlatar belakang kebahasaan berbeda cenderung alih kode berupa alih bahasa. Lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode, misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa si lawan tutur. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang atau agak kurang karena memang mungkin bukan bahasa pertamanya.

3.
Hadirnya Penutur Ketiga
Untuk menetralisasi situasi dan menghormati kehadiran mitra tutur ketiga, biasanya penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar belakang kebahasaan mereka berbeda. Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatar belakang bahasa yang sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Status orang ketiga dalam alih kode juga menentukan bahasa atu varian yang harus digunakan.

4.Pokok
pembicaraan
Pokok pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius dan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan bahasa tak baku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya. Perubahan situasi bicara juga dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Misalnya, perubahan dari situasi formal ke informal (santai) atau sebaliknya. Hal ini akan mengakibatkan berubahnya ragam atau gaya bahasa yang digunakan. Begitu juga dengan perubahan topik pembicaraan yang dapat menyebabkan terjadinya alih kode.       
5.
Untuk membangkitkan  rasa humor                                                                                                  Terjadinya alih kode dalam membangkitkan rasa humor biasanya dilakukan dengan alih varian, alih ragam, atau alih gaya bicara. Melalui berbagai varian ini sehingga akan terjadi atau akan timbul rasa humor yang dapat membuat mitra tutur menjadi tertarik untuk mendengarkannya.       

6.
Untuk sekadar bergengsi
walaupun faktorsituasi, lawanbicara, topik, dan faktor sosiosituasional tidak mengharapkan adanya  alih kode, terjadi alih kode, sehingga tampak adanya pemaksaan, tidak wajar dan cenderung tidak komunikatif.








BAB III
PENUTUP
Simpulan
Kode adalah lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu. Biasanya berbentuk varian bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasai suatu masyarakat bahasa. Sedang alih kode merupakan peralihan atau perubahan dari bahasa atau dialeg satu ke dialeg yang lain. Adanya alih kode disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya penutur, mitra tutur, hadirnya orang ketiga, pokok pembicaraan, untuk membangkitkan rasa humor, untuk sekadar bergengsi. Dari beberapa factor ini, factor yang sangat mempengaruhi dalam alih kode adalah pokok pembicaraan. Pokok pembicaraan didalamnya terdapat situasi bicara yang sangat mempengaruhi terjadinya alih kode. Perubahan situasi bicara juga dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Sehingga dapat disimpulkan perubahan situasi bicara merupakan hal yang paling utama dalam terjadinya alih kode.
















Daftar Pustaka
Nababan, P. W. J. 1991. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.
Ohoiwutun, Paul. 2002. Sosiolinguistik: Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat.               Bekasi: Kesain Blanc.
Purnanto, Dwi. 2002. Register Pialang Kendaraan Bermotor. Surakarta: Muhammadiyah University Press
Universitas perpustakaan Indonesia. 2011.” alih kode, campur kode dan novel”. (online)                           (http://repository.upi.edu/operator/upload/s_c5151_0601731_chapter2.pdf,                        diakses tanggal 15 April pukul 18.45)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar